Berjanji Tak Mau Lagi
Berbisnis MLM
ALEXANDER Bramanto memang bukan pernain baru di bisnis MLM. la sempat menolak diajak join di Tianshi. Ceritanya, pada tahun 2001, Bram didatangi teman lama yang sudah belasan tahun tidak bertemu. "Waktu itu, saya sedang di rumah saudara di Kalimalang, Jakarta. Saya ditawari Tianshi oleh teman saya. Tetapi, saya hanya disodori lembaran foto kopi berbahasa Mandarin. Praktis, saya nggak tertarik. Meski dia cerita telah join di Tianshi dan slip bonusnya pada hari kemudian, ia berhasil naik ke peringkat bintang 5 dengan bonus Rp.4,8 juta. Sebulan kemudian, ia meraih peringkat bintang 6 dengan bonus Rp. 6,3 juta.
“Saya bisa naik peringkat begitu singkat, karena kekuatan produk Tianshi. Karena saya sembuh dari ambein, banyak orang menanyakan produk apa yang cocok untuk penyakitnya," katanya.
Ketika membangun jaringan ada masa paling pahit yang dirasakan Bram. Setelah dua tahun, jaringannya hampir 98 % rontok. Praktis, selama dua tahun itu, ia mentok di peringkat *6. "Saya sempat down dan tidak punya uang," ujarnya.
Rontoknya jaringan karena mereka tidak tahu bagaimana menjalankan bisnis ini. Mereka mencoba mengadakan pertermuan, tapi karena tidak ada support system, pertemuan itu tak menghasilkan apa‑apa. dalam kondisi tersebut, Bram rajin konsultasi kepada upline saat itu mencapai Rp. 4,8 juta,' katanya
Kepada temannya, Bram mengatakan tak mau lagi berbisnis MLM. Setelah ditolak, sang teman pulang. Namun sekitar 2,5 tahun kemudian, Bram bertemu lagi dengan teman tersebut. "Saat bertemu lagi, teman yang mengajak saya itu sudah peringkat Diamond dan telah mendapat reward mobil BMW, kapal pesiar dan pesawat. Teman saya itu adalah Pak Trisulo," kata Bram yang ditemui di rumahnya, Karawaci, Tangerang. Akhirnya, ia putuskan bergabung pada tahun 2003 meski kala itu tak punya uang untuk join. "Karena tak mau ketinggalan lagi, saya bela‑belain utang untuk join di Tianshi," urainya.
I
Ketika mengawali bisnis ini, Bram hanya ingin mendapatkan tambahan penghasilan Rp. 1 juta per bulan. Pasalnya, kondisi ekonomi keluarga saat itu sedang sulit. Sepeninggal ayahnya, kondisi keuangan jadi berantakan.
Setiap bulan, saya bingung harus bayar telepon atau listrik dulu. Kalau bayar telepon dulu, takut listrik dicabut, demikian juga sebaliknya," kata Bram. la berusaha memprospek teman‑teman dan orang‑orang di lingkungannya. "Saya mencoba mengundang 60 orang dan yang datang hanya sekitar 40 orang. Mereka pada umumnya para mahasiswa. Namun yang join hanya satu orang langsung bintang 3," cerita Bram.
Menghadapi kenyataan itu, Bram tidak patah semangat. Usaha kerasnya membuahkan hasil. Empat hari setelah join, Bram, sudah meraih peringkat bintang 4 dengan bonus Rp. 2,3 juta. Setahun kemudian, ia berhasil mendapat reward mobil mewah. "Peranan support system sangat penting bagi pengembangan bisnis Tianshi. Termasuk penggunaan alat bantu seperti buku, kaset, perternuan dan konsultasi dengan upline,” tegasnya. Tianshi telah mengubah kondisi finansial keluarga Bram. Pada 8 Juli 2007, ia telah membeli sebuah mobil Toyota Yaris warna merah untuk sang istri tercinta Riesqy Ayu. Esoknya, 9 Juli 2007, ia mengambil reward mobil Mercy Sport hitam di dealer. Mobil tersebut bernopol B 12 4 MS yang bisa juga dibaca “B RA MS". Upan